Secara etimologi istilah Blended Learning terdiri dari dua kata yaitu blended dan learning. Kata blended berarti campuran, sedangkan learning yaitu belajar. Dengan demikian blended learning merupakan proses pembelajaran yang memanfaatkan berbagai macam pendekatan. Pendekatan yang dilakukan dapat memanfaatkan berbagai macam media dan teknologi. Dengan blended learning proses pembelajaran dapat menggabungkan berbagai sumber fisik dan maya (virtual).
Blended learning adalah sebuah kemudahan pembelajaran yang menggabungkan berbagai cara penyampaian, model pengajaran, dan gaya pembelajaran, memperkenalkan berbagai pilihan media dialog antara fasilitator dengan orang yang mendapat pengajaran. Blended learning juga sebagai kombinasi pengajaran langsung (face-to-face), pengajaran offline dan pengajaran online, tapi lebih daripada itu sebagai elemen dari interaksi sosial.
B. Implementasi Blended Learning
Blended learning melibatkan kelas tatap muka dan belajar online. Metode ini sangat efektif untuk menambah efisiensi untuk kelas instruksi dan memungkinkan peningkatan diskusi atau meninjau informasi diluar ruang kelas. Blended learning juga dapat dipandang sebagai suatu kontinum antar tatap muka konvensional sampai dengan online penuh, dengan demikian ada beberapa bentuk kontinum blended learning, diantaranya yaitu:
- Online penuh, tetapi terdapat pilihan untuk melakukan tatap muka walaupun tidak dipersyaratkan
- Kebanyakan online penuh, tetapi terdapat beberapa hari tertentu dilakukan tatap muka baik dikelas atau di lab.
- Kebanyakan online penuh, tetapi siswa tetap belajar konvensional dalam kelas atau lab setiap hari.
- Kebanyakan belajar konvensional dikelas atau lab, tetapi peserta didik dipersyaratkan mengikuti aktifitas online tertentu sebagai persyaratan atau tambahan.
- Pembelajaran konvensional penuh, walaupun ada aktifitas online walaupun tidak dipersyaratkan bagi peserta didik untuk mengikutinya.
Keuntungan dan manfaat blended learning (pembelajaran campuran) meliputi efektivitas biaya, fleksibilitas dalam penjadwalan, dan mempermudah interaksi antara peserta didik dengan pendidik maupun sesama peserta didik, peserta didik dapat saling berbagi informasi dan dapat mengakses bahan balajar setiap saat dan berulang-ulang, dengan kondisi yang demikian itu peserta didik dapat lebih mementapkan penguasaannya terhadap materi pembelajaran. Sedangkan kelemahannya dapat mencakup kendala dalam pengadaan infra struktur seperti komputer dan akses internet, pengetahuan yang terbatas dalam penggunaan teknologi, dan kemampuan belajar.
Adapun pendekatan-pendekatan yang mendukung blended learning yaitu
1. Live face to face
1. Live face to face
Pembelajaran langsung atau tatap muka secara sinkronous dalam waktu dan tempat yang sama (classroom) ataupun waktu sama tetapi tempat berbeda (seperti virtual classroom). Bagi beberapa orang tertentu pembelajaran langsung seperti ini masih menjadi utama. Namun demikian pembelajaran langsung ini perlu didesain sedemikian rupa untuk mencapai tujuan sesuai dengan yang diharapkan.
2. Self paced learning
2. Self paced learning
Self paced learning (pembelajaran mandiri) yaitu peserta didik dapat belajar kapan saja, dimana saja dengan menggunakan berbagai konten (bahan belajar) yang dirancang khusus untuk belajar mandiri baik bersifat text-based atau multimedia-based .
3. Collaboration
Mengkombinasikan kolaborasi, baik kolaborasi pengajar maupun kolaborasi antar peserta didik yang kedua-duanya dapat dilakukan dilingkungan sekolah/universitas. Dengan demikian, perancang blended learning harus meramu bentuk-bentuk kolaborasi, baik kolaborasi antar teman sejawat atau kolaborasi antara peserta didik dengan pengajar melalui alat-alat komuniksi yang memungkinkan seperti chatroom, forum diskusi, email, website/weblog, mobile phone. Kolaborasi diarahkan untuk terjadinya konstruksi pengetahuan dan ketrampilan melalui proses social atau interaksi sosial dengan orang lain, bisa untuk pendalaman materi, problem solving.
4. Assessment
Dalam blended learning perancang harus mampu meramu kombinasi jenis assessmen baik yang bersifat tes maupun non-tes ataupun tes yang lebih bersifat otentik dalam bentuk portofolio, produk, dll. Disamping itu juga perlu mempertimbangkan ramuan antara bentuk-bentuk assessmen online dan assessmen offline, sehingga memberikan kemudahan dan fleksibilitas peserta belajar mengikuti atau melakukan assessmen tersebut.
5. Performance support materials Jika ingin mengkombinasikan antara pembelajaran tatap muka dalam kelas dan tatap muka virtual, maka harus diperhatikan sumber daya untuk mendukung hal tersebut siap atau tidak, ada atau tidak. Bahan belajar disiapkan dalam bentuk digital, apakah bahan belajar tersebut dapat diakses oleh peserta didik secara offline (dalam bentuk power point, video dll) maupun secara online (via website resmi tertentu) atau jika pembelajaran online dibantu dengna suatu LMS (Learning Management System) atau CMS (Course Management System) atau VLE (Virtual Management environment).
Blended learning juga mempunyai beberapa model yaitu:
Aryani, L. 2010. Penggunaan E-learning Vs Blended Learning Pada Perguruan Tinggi.
Dwiyogo, W.D. 2011. Pembelajaran Berbasis Blended Learning. Disajikan dalam Seminar dan Lokakarya Peningkatan Kualitas Pembelajaran Melalui Blended Learning Model Forum Komunikasi Mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Malang 26 Maret 2011.
Kusni, M. 2010. Implementasi Sistem Pembelajaran Blended Learning Pada Kuliah AE3121 Getaran Mekanik Di Program Studi Aeronotika dan Astronomi. (Online). (http://www.akademik.unsri.ac.id/download/journals/files/ft/snttm2010/623PROSIDING%20DIGITAL%20SNTTM%20IX.pdf. Diakses 17 Maret 2011.
Pecquet, E. 2007. Creating and Delivering Online Courses with Dokeos 1.8 Trainer’s Manual. (Online). (http://www.dokeos.com/doc/dokeos_techer_english.pdf). Diakses 12 April 2011.
Praetere, T.D dan Lobelle, C. 2007. The Dokeos e-Learning Project Management Guide. (Online).(http://www.dokeos.com/doc/DokeosElearningProjectManagementSystem.pdf). Diakses 12 April 2011.
3. Collaboration
Mengkombinasikan kolaborasi, baik kolaborasi pengajar maupun kolaborasi antar peserta didik yang kedua-duanya dapat dilakukan dilingkungan sekolah/universitas. Dengan demikian, perancang blended learning harus meramu bentuk-bentuk kolaborasi, baik kolaborasi antar teman sejawat atau kolaborasi antara peserta didik dengan pengajar melalui alat-alat komuniksi yang memungkinkan seperti chatroom, forum diskusi, email, website/weblog, mobile phone. Kolaborasi diarahkan untuk terjadinya konstruksi pengetahuan dan ketrampilan melalui proses social atau interaksi sosial dengan orang lain, bisa untuk pendalaman materi, problem solving.
4. Assessment
Dalam blended learning perancang harus mampu meramu kombinasi jenis assessmen baik yang bersifat tes maupun non-tes ataupun tes yang lebih bersifat otentik dalam bentuk portofolio, produk, dll. Disamping itu juga perlu mempertimbangkan ramuan antara bentuk-bentuk assessmen online dan assessmen offline, sehingga memberikan kemudahan dan fleksibilitas peserta belajar mengikuti atau melakukan assessmen tersebut.
5. Performance support materials Jika ingin mengkombinasikan antara pembelajaran tatap muka dalam kelas dan tatap muka virtual, maka harus diperhatikan sumber daya untuk mendukung hal tersebut siap atau tidak, ada atau tidak. Bahan belajar disiapkan dalam bentuk digital, apakah bahan belajar tersebut dapat diakses oleh peserta didik secara offline (dalam bentuk power point, video dll) maupun secara online (via website resmi tertentu) atau jika pembelajaran online dibantu dengna suatu LMS (Learning Management System) atau CMS (Course Management System) atau VLE (Virtual Management environment).
Blended learning juga mempunyai beberapa model yaitu:
- Model tambahan (Supplement) : Apabila metode pembelajaran tradisional (tatap muka) masih menjadi pokok atau intinya, ditunjang dengan aktivitas melalui e-learning.
- Model pengganti (Replacement) : apabila beberapa metode tatap muka diganti dengan aktifitas dan komunikasi melalui e-learning.
- Model Emporium : apabila tatap muka formal diganti dengan aktivitas e-learning, model emporium ditunjang dengan penyediaan sumber-sumber pembelajaran yang dapat diakses secara bebas dan mendukung peserta didik melakukan pembelajaran berbasis masalah.
- Model Buffet : metode yang fleksibel. Dimana peserta didik megikuti proses pembelajaran dengan menentukan alurnya sendiri dengan memanfaatkan beberapa metode pembelajaran.
Web-base learning
yang bisa digunakan dalam pembelajaran dengan blended learning ini adalah program Dokeos. Dokeos
adalah system web-base learning
secara dikenal sebagai LMS (Learning
Management System) atau CMS (Course
Management System) atau VLE (Virtual
Learning Environment). Dokeos mudah digunakan untuk semua pengguna (users),
seperti guru, siswa, trainer, dan lain-lain. Dokeos memiliki banyak tools e-learning dan menyediakan banyak
cara untuk membuat dan mengolah bahan-bahan multimedia interaktif termasuk juga
penilaian. Selain dari kenyamanannya dokeos juga termasuk software gratis. Kode
program dokeos dapat dimodifikasi atau diadaptasikan untuk keperluan tertentu
oleh siapa saja. Dokeos menawarkan sebuah lingkungan e-learning yang ramah dan
efisien dengan konten online (materi online), tools penilaian, tools
kolaborasi dan termasuk juga tools
untuk melaporkan dan menelusuri kegiatan yang dilakukan oleh siswa.
Pengguna
dokeos sudah mencapai tiga juta user,
yang tersebar diberbagai bidang seperti bidang
pendidikan, perusahaan, kesehatan, pemerintahan dan sebagainya, serta
telah digunakan diberbagai negara seperti Hungaria, India, Albania, Algeria,
Argentina termasuk juga Indonesia. Di Indonesia dokeos banyak digunakan oleh
kalangan pendidikan seperti PPs UNSRI, PPs UNTAG Surabaya, Poltek Negeri Malang,
Institut Informatika Indonesia, dan sebagainya.
Daftar Pustaka
Dwiyogo, W.D. 2011. Pembelajaran Berbasis Blended Learning. Disajikan dalam Seminar dan Lokakarya Peningkatan Kualitas Pembelajaran Melalui Blended Learning Model Forum Komunikasi Mahasiswa Pascasarjana Universitas Negeri Malang 26 Maret 2011.
Kusni, M. 2010. Implementasi Sistem Pembelajaran Blended Learning Pada Kuliah AE3121 Getaran Mekanik Di Program Studi Aeronotika dan Astronomi. (Online). (http://www.akademik.unsri.ac.id/download/journals/files/ft/snttm2010/623PROSIDING%20DIGITAL%20SNTTM%20IX.pdf. Diakses 17 Maret 2011.
Pecquet, E. 2007. Creating and Delivering Online Courses with Dokeos 1.8 Trainer’s Manual. (Online). (http://www.dokeos.com/doc/dokeos_techer_english.pdf). Diakses 12 April 2011.
Praetere, T.D dan Lobelle, C. 2007. The Dokeos e-Learning Project Management Guide. (Online).(http://www.dokeos.com/doc/DokeosElearningProjectManagementSystem.pdf). Diakses 12 April 2011.
Caesars Casino Resort Announces Bonus Code for $10
BalasHapusThis 구미 출장마사지 promotion is available only on select games, which can only be 고양 출장안마 played via 이천 출장마사지 mobile or desktop 군포 출장샵 devices. No mobile casino app 고양 출장샵 on our list. Caesars